Langsung ke konten utama

Para Pebalap Muda Berbakat Calon Juara (bagian 4)

Langsung aja yaaaaa....

Lando Norris

Cowok kelahiran 13 November 1999 ini diyakini sebagai calon penerus Lewis Hamilton atau Jenson Button, atau harapan masa depan Inggris di dunia balap mobil. Karir balapan single seater-nya dimulai di taun 2014 di ajang Ginetta F4.


Taun selanjutnya Lando ikut ajang F4 di tiga negara, Inggris, Itali dan di Eropa. Doi jadi juara MSA Formula, yang sekarang lebih dikenal sebagai F4 Inggris. Taun 2016 jadi taun tersuksesnya sejauh ini di dunia balap. Cowok asal Bristol, Inggris ini juara 3 ajang; MRF Challenge musim 2015/16, Eurocup Formula Renault 2,0, dan Formula Renault 2,0 NEC. Pencapaian hebatnya ini diganjar dua penghargaan sekaligus, gelar Mclaren Autosport BRDC, dan Autosport British Club Driver of The Year 2016. 


Bakat luar biasa Lando sampe ke telinga Mclaren F1, yang rekrut dia jadi anggota pembalap tes dan masuk program pengembangan pebalap mudanya. Di ajang F3 Eropa taun ini dia tampil konsisten dan sering menang hingga akhirnya raih gelar juara. Menarik banget ditunggu kiprah cowok Inggris ini, yang punya masa depan cerah di dunia balap.
Charles Leclerc


Pebalap asli Monako ini nerusin kiprah mendiang sang bapak, Herve Leclerc, yang pernah balap Formula 3 di era 1980-90an. Charles pertama ikut ajang single seater taun 2014 setelah selesai turun di karting. Dia jadi runner-up Formula Renault 2,0 Alps musim itu. Setaun kemudian dia naik ke seri F3 Eropa. Dia catet 4 kemenangan musim itu dan ada di posisi 4 klasemen akhir musim 2015. Doi sempet juga turun di Grand Prix Makau, finis kedua di belakang pebalap Swedia langgangan juara ajang itu, Felix Rosenqvist.


Setelah “lulus” seri F3, Charles yang dibimbing manajer balap kenamaan, Nicholas Todt, naik kelas ke GP3 di taun 2016. Hebatnya, doi langsung jadi juara di musim debutnya. Bukan cuma itu, dia masuk  Ferrari Academy dan sempet juga jajal mobil F1 dari tim Haas. Ferrari kemudian nempatin dia di tim Prema di seri Formula 2. Sekali lagi, pebalap bernomor start 1 ini bikin heboh dengan penampilannya yang ciamik. Di luar dugaan Charles pimpin klasemen di musim pertamanya (lagi!)




Setelahnya dia jadi juara F2 di seri Jerez, koleksi poinnya gak bisa dikejar para pesaing utamanya Luca Ghiotto dan Artem Markelov. Konon kabarnya nih, dia disiapin buat naek ke Formula 1, juga lewat dukungan Ferrari.

Esteban Ocon 

Dari sekian banyak pebalap F1 debutan di era modern, cuma segelintir yang bisa tampil bagus di taun-taun awal keikutsertaannya. Contohnya ada Lewis Hamilton, Sebastian Vettel, dan Max Verstappen. Ada satu lagi nih yang harus dimasukin ke daftar ini, namanya Esteban Ocon.




Esteban lahir dari keluarga asal Spanyol. Bapaknya punya usaha bengkel di kota kelahirannya, Evreux, Prancis. Dia awali karir balapan dari gokart dulu, seperti kebanyakan pebalap mobil pada umumnya. Esteban raih hasil yang lumayan bagus di Formula Renault 2,0 Alps dan Eurocup Formula Renault 2,0 (peringkat ketiga taun 2013). Di ajang F3 Eropa, dia juara di musim pertamanya, dan sempet turun sesekali di Formula Renault 3,5 Series. 

Selepas Formula 3, pebalap berpaspor Prancis ini promosi ke kejuaraan GP3. Dia mungkin cuma sekali menang, di feature race Catalunya, tapi konsisten podium sepanjang musim dan jadi juara musim 2015. Selanjutnya, taun 2016 dia dikontrak Mercedes-Benz dan ditunjuk berlaga di balap turing DTM Jerman. Memang catatannya kurang bagus karena dia cuma ikut 10 ronde balapan dan raih dua poin. 




Perubahan besar dalam karirnya muncul saat dia masuk F1. Esteban dipinjem tim Manor dari Mercedes buat gantiin Rio Haryanto yang kepaksa berhenti balapan gegara masalah sponsor dan pendanaan. Esteban nyaris aja raih poin di GP Brasil tapi gagal. Musim selanjutnya lewat koneksi Mercedes, doi gabung tim Force India. Kerennya, doi bisa konsisten raih poin bersama tim unyu-unyu berwarna pink ini dan berhadapan langsung sama pebalap yang lebih berpengalaman dan reputasinya jauh di atas Esteban. Di klasemen, dia ada di 10 besar, padahal ini baru musim penuh pertamanya! Nggak lebay kalo dia bisa dibilang calon pebalap top di F1 suatu saat nanti.



Sekarang yang motornya.....



Joan Mir


Ini pebalap yang bisa disebut pengganti Dani Pedrosa, Marc Marquez, atau Jorge Lorenzo sebagai pebalap top asal Negeri Matador di masa mendatang. Joan sebelumnya tampil di ajang pencarian bakat Red Bull Rookies Cup 2013 dan 2014. Pencapaian terbaiknya jadi peringkat 2 dibawah Jorge Martin di musim terakhirnya.


Taun 2015 jadi pertanda pertama kalinya Joan ikut ajang kelas dunia, di tingkat junior Moto3 Dunia. Dia bisa menang 4 kali di awal musim, tapi kurang bisa jaga irama sehingga cuma tempati peringkat 4 klasemen akhir. Joan kemudian turun di Moto3 seniornya, gabung tim juara bertahan Leopard Racing. Dengan motor Honda, dia tampil bagus di taun pertamanya, raih 114 poin dan capai peringkat 4 klasemen akhir (lagi kayak di Moto3 junior). 




Di musim 2017 Joan ditinggal banyak pesaing utamanya dari musim lalu, macem Pecco Bagnaia dan Brad Binder yang hijrah ke Moto2. Situasi ini dimanfaatin baik ama pebalap asal Palma, Spanyol ini. Sirkuit Phillip Island di Australia jadi saksi dinobatkannya Joan sebagai juara dunia Moto3 2017. Untuk taun 2018, dia udah teken kontrak buat gabung tim Estrella Galicia 0,0 Marc VDS. Nantinya dia bakal bersanding sama Alex Marquez. 


Pecco Bagnaia

Beberapa orang bilang VR46 Academy salah satu akademi balap terbaik di masa kini. Anggapan itu nggak mengada-ngada karena hasilnya teruji, dari Franco Morbidelli, Andrea Migno, Romano Fenati (meskipun akhirnya dipecat), Niccolo Antonelli pernah rasain enaknya menang di kelas Moto2 sama Moto3. Satu lagi yang mencuri perhatian adalah Francesco “Pecco” Bagnaia.





Selama bertahun-tahun Pecco dilatih di VR46 Academy. Di ‘peternakan’ milik Valentino Rossi dia pelajari ilmu balap langsung dari sang maestro MotoGP. Saat turun di ajang yang sesungguhnya dia nunjukkin kemampuannya. Debut Moto3nya dilakuin di tim San Carlo FMI Italia taun 2013, pake sasis FTR bermesin Honda. Taun selanjutnya ia gabung tim SkyVR46 KTM dan raih finis podium.


Aspar Mahindra jadi pelabuhan selanjutnya buat pebalap asli Itali ini. Musim pertamanya kurang mulus karena harus adaptasi dulu sama motor Mahindra yang karakternya beda dengan KTM. Barulah di musim kedua dia tampil oke. Pecco bahkan berhasil ngasih kemenangan pertama pabrikan asal India itu. Musim yang indah bersama Aspar ditutup dengan dua kemenangan. Sebagai tanda terima kasih, motor Mahindra MGP30 yang dia pake jadi miliknya secara pribadi.



Pecco akhirnya pulang  ke pangkuan SkyVR46 di taun 2017, tapi dia masuk tim Moto2nya. Penampilan di musim pertamanya di kelas menengah cukup bagus, bisa finis podium. Dengan perkembangan yang pesat kita bisa liat dia di taun mendatang di jajaran depan Moto2, atau bahkan nembus MotoGP.



Alex Marquez


Selain Joan Mir, Spanyol bisa berharap sama pebalap muda yang satu ini di masa yang akan datang. Alex Marquez Alenta nama lengkapnya. Dia tiga taun lebih muda dari kakaknya yang juara dunia MotoGP 3x, Marc Marquez. 

Alex masuk Moto3 di taun 2012 berbarengan sama teman dekatnya yang sekaligus rivalnya di atas trek, Alex Rins. Mereka tergabung di tim Estrella Galicia 0,0 Monlau. Selain itu dia juga raih gelar juara CEV Spanyol kelas Moto3. Di taun berikutnya, dia berhasil menangin GP Jepang dan masuk 4 besar klasemen akhir. Setelah bersaing ketat sama Jack Miller, gelar juara dunia Moto3 bisa diraihnya di musim 2014. Di kelas MotoGP, Marc jadi yang terbaik juga dan Alex-Marc jadi kakak-adik pertama di sejarah MotoGP yang raih gelar juara dunia di taun yang sama.

Alex naik kelas ke Moto2 juga bareng Alex Rins, tapi mereka masing-masing gabung tim Marc VDS dan Pons. Dua musim pertama Alex di kelas menengah ini kurang lancar, dan baru bisa nunjukkin prestasi yang bagus di musim ketiga, taun 2017. Raihan kemenangan di Jerez, Catalunya sama Motegi jadi pertanda Alex mulai ngeluarin bakat hebatnya di Moto2. Dengan pindahnya dua pesaing utamanya Tom Luthi dan Franco Morbidelli ke MotoGP musim 2018, peluang juara Alex di taun depan terbuka lebar. Secara kemampuan dia udah siap lanjutin tradisi sukses keluarga Marquez.

Miguel Oliveira

Dalam sejarah MotoGP Portugal cuma dikenal sebagai penyelenggara balapan, itu juga cuma sampe taun 2012 di sirkuit Estoril. Selain dari itu, negara di ujung barat daratan Eropa ini nggak punya sejarah bagus di ajang balap motor MotoGP.

Miguel Oliveira jadi satu-satunya pebalap Portugis yang berlaga di ajang MotoGP saat ini, di kelas Moto2. Sebelumnya dia pernah bersaing ketat sama Maverick Vinales di ajang CEV 125cc taun 2010 dan jadi runner-up. Debut ajang dunianya dimulai di kelas 125cc 2011. Begitu masuk era Moto3, dia gabung tim Monlau yang disponsori Estrella Galicia 0,0 dan selanjutnya pindah ke Mahindra. Miguel bisa berkembang pesat bareng pabrikan India itu, selalu masuk 10 besar klasemen. Lalu pindah ke tim unggulan Red Bull KTM Ajo. Prestasinya makin bagus dengan raihan 6 kali menang dan 9 podium yang nganterin dia jadi runner-up musim 2015 dibawah Danny Kent. Sebagai catatan, di GP Itali 2015 dia jadi pebalap Portugis pertama yang menang balapan di kelas MotoGP apapun.  




Tim Leopard Moto2 rekrut pemuda potensial ini setaun lalu, tapi performa Miguel baru keliatan begitu dia kembali gabung KTM taun ini. Dia dipasangin lagi sama Brad Binder kayak di musim 2015, di kelas yang lebih tinggi. Di saat Brad masih berusaha adaptasi, dia udah bisa 6 kali naik podium. Sampe GP Jepang, pebalap yang suka pake nomer 44 ini nangkring di peringkat 3 klasemen. Taun depan dia sama Brad bakal bertahan di KTM dan diprediksi bisa jadi penantang serius gelar juara.



Sumber gambar: Motorsport.com, daidegas.it

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

MOBIL BALAP TERHEBAT SEPANJANG MASA: Bagian 1

Porsche 917/30 “Can-Am Killer”   Ini mobil yang paling ‘gokil’ ceritanya. Banyak ahli dan pengamat dunia balap bilang mobil racikan Porsche-Audi ini sebagai mobil paling hebat yg pernah ada dalam sejarah balapan dunia. Anggapan ini nggak ada bohongnya sama sekali. Di taun 1972 Porsche ikut ajang balap Can-Am Series karena taun sebelumnya udah ada perubahan regulasi di Le Mans. Porsche 917 yang begitu hebat akhirnya dipertarungkan di ajang Can-Am. Performa mobil ini sangat gila; mesin twin-turbo 12 silindernya bisa sampe 1580 dk! Angka itu di capai di sesi kualifikasi aja karena di sesi balapan para mekanik nurunin tenanganya sampe 1100 dk. Akselerasinya juga secepat kilat; 0-100kmj dalam 1,9 detik, 0-200mpj (10,9 detik). Topspeed- nya ditaksir sampe 420kmj! Bahkan buat standar sekarang performa macem gitu nggak bisa ditandingi WEC, IndyCar, MotoGP, bahkan F1 sekalipun. Dikendarai Mark Donohue di balapan Bisa ditebak apa yg terjadi kemudian begitu Por...

Pebalap MotoGP yang Pernah Sukses Besar Di Usia Muda

Ketemu lagi sama Batheki di entri yang baru ini. Kita cari tau siapa aja pebalap MotoGP yang raih kesuksesan besar di usia 20 taun. Ini diitung juga dari jaman GP125cc dan GP250cc. Manuel Poggiali Pebalap asal San Marino yang kini udah berusia 33 taun mulai ikut seri balap motor dunia di taun 1999 dengan motor aprilia. Dua taun kemudian, di umur 18 taun, dia berhasil jadi juara dunia GP125cc bersama tim Gilera. Taun 2003 Manuel naik ke kelas GP250cc, direkrut tim aprilia. Penampilannya luar biasa; langsung bawa pulang gelar Juara Dunia GP250cc di musim pertamanya. Sebelumnya ada Tetsuya Harada yang jadi Juara Dunia di kesempatan pertamanya di taun 1993. juara musim 2003 Sayangnya cuma sampe situ aja kemampuan primanya keluar. Taun 2004 dia cuma 3x naik podium, bahkan sempet turun kelas ke GP125cc di taun 2005. Doi pernah banting stang jadi pemain futsal dan masuk timnas San Marino di 2011. Manuel akhirnya balik lagi ke dunia balap di taun 2013-14, ikut ajang...

TRAGEDI IMOLA 1994

poster GP Imola 1994 Jumat, 29 April 1994 Autodromo Enzo e Dino Ferrari (Imola) Imola, Emilia-Romagna, Italia Pebalap bernomor start 14 itu melaju kencang dengan mobil Jordan-Hart-nya. Memasuki tikungan Variante Bassa dia terlalu cepat dan saat menginjak kerb, mobilnya terbang! Mobil Jordan itu terhempas ke tembok ban dan hancur. Beberapa kali mobil itu terguling-guling, sedangkan pebalapnya masih ada di dalamnya. Mobil naas itu berhenti, mendarat terbalik dan pebalapnya masih terjebak di dalamnya. Para petugas medis bergegas menyelamatkan pebalap no. 14 itu dan tak lama ia dibawa ke klinik sirkuit. Kemudian helikopter datang. Sang pebalap dirujuk ke rumah sakit Maggiore di Bologna lewat jalur udara. Itu kejadian yang menimpa Rubens Barrichello, pebalap Brasil yang lolos dari maut di Jumat pada sesi kualifikasi GP San Marino 1994. Rubinho, panggian akrabnya, menderita patah tulang hidung dan lengannya digips. Dia merasa beruntung masih bisa hidup setelah kecelakaan ...